Tahanan Rumah merupakan sekumpulan cerita saya saat wabah COVID – 19 datang
. Cerita – cerita yang hadir dalam keseharian saya , dan cerita yang saya temui
ketika menulis cerita Tahanan Rumah .
Awal tahun 2020 memiliki kesan tersendiri bagi warga dunia . Awal tahun
2020 datang dengan membawa kebahagiaan , namun juga dengan kesedihan . Awal
tahun 2020 membawa wabah COVID-19 ( Coronavirus Disease 2019 ) untuk
warga dunia , termasuk Indonesia . Dalam tulisan ini , saya akan menceritakan
apa yang telah saya alami sejak bulan Januari tahun 2020 hingga sekarang ( awal
April ) . Saya mencoba menceritakan apa yang saya alami dalam beberapa bulan
ini , mungkin sobat memiliki pengalaman berbeda sebab perbedaan tempat tinggal
dan kondisi daerah tinggal .
Di daerah saya tinggal di Kabupaten Karanganyar , mungkin sobat lebih
mengenal daerah rumah saya itu Solo , walaupun sebenarnya berbeda . Tapi , tak
masalah daerah rumah saya memang dahulu masih satu wilayah dengan kerajaan di
Solo . Oke , kita mulai pengalaman saya , awal kemunculan COVID-19 banyak
masyarakat yang fokus pada berita-berita wabah ini , bagaimana tidak ? wabah
ini muncul dengan penyebaran virus yang cukup cepat , dari awal kemunculan di
daerah Wuhan di Tiongkok meluas ke negara-negara lainnya .
Sebelum kedatangan wabah ini di Indonesia , masyarakat Indonesia
sebagian besar mengatakan bahwa Indonesia tidak akan terkena bahkan dimasuki
wabah ini , walaupun sebagian besar masih belum memunculkan kekhawatirannya
namun ada tanda-tanda masyarakat mulai terbagi dalam melihat dan menghadapi
wabah ini . Bisa dilihat dari bagaimana sikap masyarakat ketika awal kedatangan
wabah ini ke Indonesia , masyarakat banyak yang mulai datang ke pusat
perbelanjaan untuk memborong bahan makanan untuk keluarga , walaupun tak
sedikit juga masyarakat yang tidak memliki kekhwatiran akan wabah ini .
Kebijakan awal Pemerintah Pusat saat awal kedatangan virus ini , yaitu masyarakat
untuk menjaga kesehatan , mengurangi kegiatan di luar rumah , mengurangi
kegiatan yang mengundang banyak massa , sampai yang paling membuat banyak
siswa-siswa di Indonesia senang yaitu Kegiatan Belajar Mengajar dilakukan dari
rumah , dan banyak lagi kebijakan lainnya . Namun , kesempatan ini saya lebih
fokus ke sikap masyarakat terhadap wabah virus ini.
Saya akan membagi menjadi tiga jenis masyarakat Indonesia dalam
menghadapi wabah COVID-19 yaitu masyarakat yang terlalu takut , masyarakat yang
terlalu meremehkan , dan masyarakat yang tidak terlalu takut dan terlalu
meremehkan . Masyarakat-masyarakat di atas saya temui di masyarakat , terutama
di daerah di dekat rumah saya . Masyarakat memiliki dasar pengalaman dan
pengetahuan yang berbeda-beda , tidak dapat dipungkiri perbedaan pendapat
hingga sikap menghadapi wabah COVID-19 berbeda-beda .
1. Masyarakat yang terlalu
takut
Perkembangan wabah virus corona sangatlah pesat , dapat kita lihat
setiap hari (sekarang) kasus pasien positif terkena virus corona selalu
bertambah , terkhusus Indonesia . Hal ini entah sebagai sebab atau sebagai
dasar sebagian masyarakat memiliki perasaan takut dalam menghadapi virus corona
. Tidak salah tentunya , masyarakat takut mengenai hal seperti ini , sebab
persebaran virus ke daerah-daerah sangatlah cepat dan masif di seluruh daerah
Indonesia .
Banyak pengalaman saya yang menunjukkan sikap masyarakat dalam menghadapi
virus corona seperti yang sedang ramai diperbincangkan , tentu sebagai bagian
kecil dari masyarakat saya merasa perlu menceritakan keadaan masyrakat yang
bersikap takut terhadap virus corona ini . Ada sedikit contoh yang saya ambil
untuk menunjukkan seberapa takutnya masyarakat atas wabah ini . Beberapa
contohnya saya bisa tulis di bawah ini :
Dapat digaris bawahi ini merupakan pendapat dan hasil pengalaman saya
pribadi sebagai salah satu titik kecil di masyarakat di daerah sekitar saya ,
terutama di Kabupaten Karanganyar seperti yang sudah saya singgung di atas ,
itu tempat tinggal saya .
a. Banyak termakan hoaks dan
informasi bohong
Tidak dapat ditolak dengan terjadinya wabah internasional , informasi
memiliki bahan setiap harinya dalam membahas permasalahan dunia ini . Namun ,
sebagai hal yang wajar dan normal informasi dalam era digital ini mengahadirkan
tidak sedikit informasi bohong . Informasi bohong yang dibuat tidaklah hal yang
sepele dalam pengamatan di daerah saya , informasi bohong memiliki daya pikat
yang lebih daripada berita sesungguhnya , sebab pembuatan informasi dan konsep
penginformasian yang mudah dibaca dan terlihat nampak seperti informasi benar .
Maka , tak heran banyak informasi bohong berkeliaran bagaikan burung bebas di
petang hari .
Masyarakat daerah saya atau mungkin daerah sobat baca memiliki persamaan
akan hal ini . Saya beberapa kali menemukan informasi bohong atau sering
disebutnya hoaks di berbagai laman media sosial . Apakah heran ? tentunya iya .
Banyak masyarakat dengan mudahnya termakan hoaks dan membenarkan informasi
tersebut .
Sebagai informasi , tidak semua masyarakat termakan hoaks karena banyak
masyarakat yang memiliki daya kritis yang tinggi untuk menyaring informasi
tersebut sebelum mengangkatnya di laman media sosial .
Informasi bohong dalam pengamatan sera pengalaman saya , banyak
mendukung terbuatnya sikap yang tidak pas terhadap sikap seharusnya dalam
menghadapi virus corona ini . Bahkan beberapa hari lalu , terdapat informasi
yang membuat sedikit tergelitik perut saya . Berita adanya tukang ojek online
yang tidur di atas motor , masyarakat sekitar yang melihatnya mengira orang tersebut adalah orang meninggal
.
Saya beri salah satu berita online mengenai hal ini di bawah ini :
Sedikit hal yang telah saya tulis di atas adalah sebagian kecil dari
banyak pengalaman yang saya temui dari termakannya masyarakat akan hoaks dan
informasi bohong .
b. Menganggap yang batuk ada kemungkinan
terkena virus
Menganggap orang yang batuk mungkin kena virus merupakan hal yang hampir
menjadi muncul di setiap daerah . Beredarnya informasi bohong hingga
keikutsertaan kekhawatiran dalam masyarakat, sifat terlalu takut pun muncul .
Mungkin sobat baca pernah menemui hal semacam ini di wilayah kalian . Akan
sangat mengganggu apabila kekhawatiran ini muncul terus-menerus di masyarakat .
c. Membeli banyak stok
makanan
Hal yang tidak baik ini cukup menjadi fenomena yang acakali kita temui
dalam masalah kemanusiaan seperti ini . Pembelian dengan memborong dan banyak
stok di rumah menjadi suatu kekhatiran tersendiri . Seperti layaknya masyarakat
yang terlalu ketakutan lainnya . Pembelian semacam ini sebenarnya tidak
dibenarkan sama sekali oleh Hukum , baik Hukum Masyarakat , Hukum Agama ,
sampai Hukum Negara. Namun , seperti halnya hukum-hukum lainnya banyak juga
pelanggar yang masih melakukan pelanggaran ini.
Mengenai hal di atas saya mencoba memberi sobat baca berita online ,
musabab saya tidak bisa mengambil gambar pada kejadian ini :
d. Pemborongan pembelian
masker
Rumah Sakit mulai merasakan dengan adanya persebaran COVID-19 di Indonesia
kelangkaan persedian masker di rumah sakit tersebut . Kelangkaan ini terjadi
bukan tanpa adanya alasan , sebab pemborongan pembelian masker di seluruh
Indonesia bahkan seluruh dunia melonjak tajam , sehingga kelangkaan terjadi .
Pabrik yang memproduksi sekian dengan adanya virus ini menjadi berkali lipat
harus menghasilkan masker karena kebutuhan pasar yang menjadi melonjak .
Apotek dan toko kesehatan banyak yang mengalami kelangkaan benda ini ,
bagaimana tidak ? di setiap kejadia seperti ini sering kali kita temui
penimbunan dengan cara pemborongan semacam ini . Pemborongan semacam ini ,
selain membuat kelangkaan masker tentu juga menjadi batu loncatan pada harga
masker di pasaran saat ini . Tidak heran , pemborong yang sudah memiliki banyak
stok menjual masker dengan harga yang lebih besar untuk mendapatkan untung yang
berlimpah .
Nah , kita masuk pada masyarakat yang khawatir dan memborong masker . Terjadinya
kelangkaan dimana mengenai barang masker , masyarakat yang terlalu takut
mencoba untuk membeli walau harga yang ditawarkan sangat tinggi . Saya pernah
berbincang dengan seseorang mengenai hal ini , mereka mengatakan harga masker
melonjak harganya hingga 350 ribu rupiah hingga 400 ribu rupiah untuk satu
kotak , sedangkan sebelumnya harga tidak mencapai 50 ribu rupiah untuk satu
kotak . Seram bukan ?
Itulah mengapa banyak rekan pegiat masyarakat dan sosial melihat ini sebuah
kejahatan dalam musibah , seperti itu mungkin yang meraka ingin katakan pada
masyarakat . Sedangkan saya mengatakan mengambil keuntungan di dalam kesempitan
.
e. Memborong barang - barang
kesehatan
Seperti cerita saya di atas , cerita mengenai masyarakat yang memborong
barang – barang kesehatan yang saya tulis ini sama kasusnya . Masyarakat
ternyata memberikan dan membuat kegiatan yang sifatnya sama , untuk
keberlangsungan hidup dengan memborong barang – barang kesehatan . Barang –
barang kesehatan yang saya maksudkan disini yaitu meliputi alat detektor
temperatur , hand Sanitizer , dan cairan – cairan kimia .
Menelisik lebih jauh hal ini sangatlah menjadi budaya , mungkin di seluruh dunia . Apabila terjadi sesuatu kejadian maka barang – barang di masyarakat mengalami kelangkaan , kita coba masuk di kejadian per tahunnya di Bulan Ramadhan kita tentunya sudah terbiasa akan terjadinya kenaikan harga dalam pasaran , itu true story . Maka , seperti tidak ada bedanya hal ini dengan hal semacam itu . Bahkan dengan kejadian luarbiasa ini yang tidak terjadi per tahun dan terjadi di seluruh dunia , tidak sangat mengherankan terjadi hal semacam ini .
f.
Menolak jenazah ODP , PDP , Positif Corona untuk dimakamkan di desanya
Kejadian yang luar biasa satu ini , seddikit membuat saya sedih
sebenarnya . Sampai saat ketika saya menulis ini masih ada beberapa tempat di
luar sana , dengan bangganya menolak jenazah ODP ( Orang Dalam Pengawasan ) ,
PDP ( Pasien Dalam Pengawasan ) , dan Positif terkena virus . Masyarakat
terlihat sangatt ketakutan hingga terjadi hal semacam ini , walaupun terdengar
kabar ternyata hal semacam ini ada provokatornya di dalam masyarakat . Terbukti
dengan adanya kekhawatiran mengenai virus ini masyarakat sampai tidak mau
menerima jenazah – jenazah ini , padahal jenazah – jenazah ini sudah mengalami
musibah hingga takdir yang mungkin dari sebagian kita tidak mau mengalaminya .
Terjadi banyak hal yang membuat sekelompok masyarakat takut , termasuk
hal seperti ini . Tidak barang mungkin , sebuah kejadian ini terjadi . Masyarakat
dengan kekhawatirannya dengan sadar ataupun tidak telah menyakiti hati keluarga
jenazah dan petugas kesehatan yang telah berusaha sebaik mungkin untuk jenazah
agar kembali sehat . Sebagian masyarakat tidak memberi dukungan sebaliknya
malah memberi tekanan , mungkin kata yang tepat .
Untuk melihat bagaimana salah satu hal tersebut terjadi , saya memberi
sobat baca berita online mengenai hal ini .
g. Petugas kesehatan yang
diberi tekanan di masyarakat
Tekanan yang diberikan sebagian masyarakat yang terlalu takut dengan
wabah ini agaknya tidak terjadi hanya pada jenazah korban ataupun keluarga
korban , namun terjadi juga pada tenaga medisnya . Tekanan sebagian masyarakat
ini diberikan bermacam – macam hal seperti pengusiran dari kos , terjadi
pengucilan di wilayah tinggal , hingga terjadi ejekan atau kata – kata yang
tidak baik dikeluarkan oleh sebagian masyarakat ini ke petugas medis hingga
keluar tenaga medis tersebut .
Tekanan ini terjadi bukan tanpa alasan , seperti yang kita ketahui
banyak sudah orang yang diawasi pemerintah akan wabah ini . Nah , terdapat juga
orang yang diawasi ini diisolasi di rumah sakit . Sebagian masyarakat ini
menganggap bahwa petugas medis ini telah terkena virus ini sebab melayani dan
merawat pasien yang kemungkinan terkena virus ini . Alasan ini yang membuat
sebgaian masyarakat ini melakukan hal yang demikian , tentu hal ini tidaklah
baik , tidaklah baik untuk sebagai contoh bahkan sebagai ajaran di masyarakat .
Mungkin hal di atas menjadi salah satu contoh saja yang saya temui di
masyarakat , mengenai masyarakat yang terlalu khawatir hingga menimbulkan
beberapa hal yang tidak baik untuk diperlihatkan di masyarakat .
2. Masyarakat yang terlalu
meremehkan
Masuk ke cerita saya yang kedua mengenai masyarakat terbagi .
Selanjutnya , saya akan bercerita mengenai pengalaman saya dalam kejadian wabah
COVID 19 di awal tahun 2020 ini . Hingga saat ini ( saat saya menulis cerita
ini ) masih banyak juga masyarakat yang terlalu meremehkan wabah ini , selain
ada juga yang terlalu takut seperti cerita saya yang sebelumnya . Masyarakat
yang terlalu meremehkan ini sepertinya memiliki alasan yang sangat kuat dalam
dirinya bahwa penyakit ini tidaklah berbahaya dan tidak akan mengenai
masyarakat tersebut , walaupun sebenarnya wabah ini juga tidak terlalu
berbahaya sebenarnya namun persebaran penyakit wabah ini dan bila terkena
masyarakat yang memiliki daya tahan lemah dan memiliki penyakit bawaan
sangatlah berbahaya tentunya untuk masyarakat seperti itu .
Masyarakat seperti ini merupakan menjadi masalah sebenarnya untuk
persebaran penyakit COVID – 19 di Indonesia , bagaimana tidak ? sebagian
masyarakat ini tidak mengindahkan peringatan dari petugas medis hingga
pemerintah untuk berhati – hati mengahadapi wabah ini . Masyarakat seperti ini
memliki ketidak – khawatiran yang berlebih seperti masyarakat yang saya
ceritakan sebelumnya , namun kegiatan masyarakat ini memiliki kerentanan
terkena wabah COVID 19 yang sngat tinggi
. Dengan tidak mengindahkan peringatan dari pemerintah dan tenaga medis ,
masyarakat seperti ini melakukan kegiatan sehari – hari sama seperti biasa dan
tanpa melakukan pencegahan yang baik untuk tidak terkena virus COVID – 19 ini .
Sobat baca mungkin menemui masyarakat dengan sikap seperti ini .
Beberapa kegiatan atau sikap dari masyarakat yang terlalu meremehkan
dapat saya temui , sebagai berikut :
a. Masih menanggap penyakit
ini hanya terjadi pada orang – orang tertentu .
b. Melakukan kegiatan sehari –
hari seperti biasa tanpa adanya pencegahan , seperti menjaga kebersihan ,
menggunakan masker bila sakit , dan lain – lain .
c. Meremehkan dan memberi
takanan kepada masyarakat untuk tidak terlalu mengkhawatirkan wabah ini ,
dengan tidak mengikuti anjuran pemerintah dan petugas medis .
d. Melakukan perjalanan ke
zona merah COVID – 19 .
e. Keluar rumah di zona merah
COVID – 19 .
f.
Berkerumun .
Sikap – sikap di atas sedikit dari contoh sikap masyarakat yang terlalu
meremehkan COVID – 19 , tentu tidak semua yang melakukan kegiatan di atas
masyarakat yang terlalu meremehkan namun sebagian besar masyarakat yang meremehkan
melakukan hal di atas .
Dua macam masyarakat di atas terkadang dalam situasi ini bersinggungan ,
tentu terjadi , dua macam masyarakat ini berbeda sikap dalam menanggapi wabah
ini . Maka , tidak mengherankan ada perpecahan ( dalam tanda kutip , acuh – tak
acuh dengan tetangga hingga adu mulut ) di dalam masyarakat .
3. Masyarakat yang tidak
takut dan tidak meremehkan
Selanjutnya masuk pembahasan yang terakhir dalam COVID – 19 , Tahanan
Rumah Part 1 Masyarakat Terbagi yaitu masyarakat yang tidak takut dan tidak
meremehkan virus ini . Nah , dalam cerita ini saya banyak menemui sebagian
besar masyarakat ini di daerah saya . Tidak dapat dipungkiri , daerah saya yang
terletak di pusat kota Kabupaten Karanganyar mendapat informasi yang lebih dari
masyarakat di daerah lain karena berdekatan dengan pusat pemerintahan .
Masyarakat di sekitar saya tentu juga kebanyakan adalah pegawai pemerintahan
walau tidak semua , namun dapat disikapi bahwa banyak terdapat warga yang
memiliki pendidikan yang lebih . Walaupun tidak banyak mempengaruhi dari
pendidikan yang lebih untuk sikap masyarakat terhadap virus ini , namun tetap
ada pengaruh .
Macam masyarakat yang tidak takut dan tidak meremehkan seperti yang saya
katakan sebelumnya , masyarakat ini mendominasi dari macam masyarakat yang
sebelumnya . Masyarakat semacam ini , banyak berkontribusi dalam penyampaian
informasi yang benar dan mendidik masyarakat untuk bersikap seperti yang di
arahkan pemerintah dan petugas medis . Macam masyarakat ini juga berkontribusi
banyak dengan melakukan donasi dan bantuan ke pelayanan dalam penanganan COVID –
19 di Indonesia .
Masyarakat jenis ini melakukan apa yang dianjurkan pemerintah dan
petugas medis . Kegiatan yang tidak benar yang dilakukan oleh dua macam
masyarakat di atas tidak tidak dilakukan oleh masyarakat macam ini . Beberapa permisalan
kegiatan dan sikap masyarakat semacam ini seperti menjaga kebersihan ( mencuci
tangan dengan sabun misalnya ) , menggunakan masker jika sakit , tidak
berkerumun , tidak melakukan perjalan ke zona merah COVID – 19 , dan contoh
lainnya .
Cerita – cerita pengalaman saya di atas merupakan hasil yang saya alami
saat ini ( saat saya menulis cerita ini ) , hal yang terjadi di atas akan
berubah mengikuti waktu yang berlalu . Tentu harapan besar kita sebagai manusia
dan makhluk Tuhan yang lemah menginginkan agar wabah ini lekas usai .
Saya harap cerita di atas dari saya memberi sedikit informasi ke sobat
baca , tidak lepas dari cerita tersebut ini semua hanya perjalanan pengalaman
yang saya alami . Ada salah ? tentu , ada salah ucap ? tentu . Saya akan sangat
senang apabila teman memberi komentar dan masukkan pada tulisan ini , tulis di
bawah . Tulis sesukamu jadikanlah lahan kalian berinspirasi .
Jangan lupa membaca part selanjutya . Dari saya Arvitas Ikhsan ,
untuk kalian yang menajubkan . Terima kasih
1 Komentar
Semangat nulisnya .
BalasHapus