Sumber : pngtree.com
Pertanyaan dalam hati muncul begitu saja. Kenapa? Kenapa harus sekarang? Setidaknya kata-kata itu yang sering terlintas hari-hari ini.
Pagi itu aku terbangun lagi dari ranjang
kapasku. Ya, walaupun biasanya aku bangun nggak sepagi ini. Aneh, rasa kantuk
yang setiap pagi kurasa, tidak terasa di pagi itu. Di sela-sela ngalamun dan
buka tutup gadget, tiba-tiba kepikiran tentang meminta maaf dan
memaafkan diri. Terdengar aneh sih pertama-tama aku ngomong itu. Apa memang
sejalan dengan soal yang muncul hari-hari ini. Kenapa?
Jadi, aku coba tulis pikiran menggangguku itu di tulisan ini. Aku sadar sih, tulisanku mungkin agak berantakan. Semoga tidak mengganggumu. Hehe.
Tulisan ini dimulai dengan pertanyaan, kalian
pernah ngerasa nggak, kalo kita kadang memporsir diri kita sampai terlalu
maksa? Bukan cuma tentang pekerjaan fisik, kadang kita maksa buat mikir. Tahu-tahu,
sakit aja badan kita. Mbbrrr.
Nggak jarang juga, kita terlalu egois.
Egois buat maksa mau apa yang kita pingin, marah-marahin diri sendiri, kadang
juga kita kepikiran “seandainya aja …, coba aja …, kira-kira kalo dulu …,
dan banyak ocehan kita yang tak berujung indah.”. Sempat ku pikir apa kita perlu minta maaf ke
diri kita, ya. Apa perlu juga kita memaafkan diri kita juga atas kegagalan
kemarin-kemarin.
Emmm. Tapi
apapun itu, menjadi diri sendiri yang menghargai diri sendiri itu penting.
Sebesar dan setajam apapun ocehan orang ke kalian, sepertinya tidak merubah
jati diri kalian yang sebenarnya. Kadang kita kepikiran ocehan orang, tapi
sebaliknya kadang orang malah nggak kepikiran dan mikir ocehan apa yang mereka
katakan.
Tapi pertanyaan lainnya adalah kenapa?. Kenapa
kita begitu naif dengan diri kita, begitu mementingkan orang lain. Lalu kita
terhanyut sendirian di belakang. Aku merasa dengan kenaifan dan sedikit banyak
egoisku. Memberi banyak dorongan ke depan ke orang-orang, lalu memberi tarikan
kuat ke belakang untuk diriku sendiri.
Beberapa waktu setelah pagi itu, aku baru paham
ketika semua dan banyak hal indah terlewat begitu saja. Hal itu terasa penting
dan dekat, dan tidak bisa aku lepaskan begitu saja. Namun terlambat kali ini. Orang
terdekatku pernah berkata, semua memiliki jalan masing-masing dan waktu finish
di suatu hal di waktu tepatnya masing-masing. Aku menjadi tenag saat ini
dan aku akan berusaha menjadi tongkat yang lebih kuat lagi.
Aku ingin sekali menyampaikan sekantong besar bualan dan kata-kata indah kepada diriku yang berdiri di depanku. Kau telah memotong perjalanan dan menyelesaikan masalah-masalah kehidupan yang sulit, sedangkan aku menyerah atas pikiranku dan aku di bawah omongan orang lain. Dalam dunia paralel yang khayal, aku sangat ingin bertemu, memberimu banyak hadiah, dan bermain denganmu di bawah pohon cemara cokelat di dekat taman. Aku ingin memeluk dirimu yang tampak seperti diriku ini dengan pelukan terhangatku, keinginan dari hati kecil yang bersemayam disini. Dan sebelum waktu paralel itu berakhir, aku ingin menyampaikan terimakasih dan banyak kata maaf yang haru untuk menemani pelukan dengan dirimu sebagai diriku di sana.
0 Komentar